Aceh memiliki tradisi perlombaan layang-layang yang dimainkan setiap
musim panen tiba. Kekuatan layang-layang yang umumnya dimainkan para
lelaki dewasa ini terletak pada rangkanya. Maka itu pembuatan rangkanya
dari bambu duri dan diperlukan keahlian khusus.
Geulayang tunang dalam bahasa Indonesia permainan layang-layang. Di Aceh permainan ini dilakukan usai panen raya dan disaat musim angin timur. Tetapi sekarang ini kompetisi geulayang tunang digelar saat perayaan hari-hari besar.
Di Kota Banda Aceh kompetisi ini diperlombakan pada saat memperingati HUT Republik Indonesia atau HUT Kota Banda Aceh yang diperingati setiap setahun sekali. Atau pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang digelar setiap lima tahun sekali.
Di provinsi paling barat Indonesia, Aceh, permainan ini sudah ada pada masa Sultan Iskandar Muda. Permainan layang-layang ini dimainkan para petani setelah panen, disela-sela waktu luang mereka. Permainan yang dimainkan kaum pria dewasa ini dengan cara mengadunya atau sering disebut adu geulayang.
Permainan yang dimainkan secara tim dengan jumlah orang 4-5 laki-laki ini biasanya si pemenang akan dihadiahkan seekor kambing atau sapi sebagai hadiah. Hewan tersebut kemudian disembelih dan dimasak untuk dimakan bersama-sama, setelah pertandingan digelar.
Penilaian dalam Perlombaan
Tajuddin mengatakan, saemakin besar ukuran layang-layang semakin sulit membuat dan memainkannya. Sehingga diperlukan keahlian dan kekompakkan dari tim dalam memainkannya. Jika tidak layang-layang akan jatuh dan patah.
Dalam perlombaan geulayang tunang, biasanya memiliki syarat tertentu, misal peserta harus memiliki panjang tali 700-800 meter dengan ketebalan benang 30-40 centimeter. Geulayang tunang kemudian harus dimainkan secara berkelompok. Dalam satu grup dimainkan 4-5 orang tanpa batas usia.
Sementera itu, dalam sebuah kompetisi biasanya kata Tajuddin, para juri akan menilai keuletan tim menaikkan layang-layang, kemudian menggulung benang layang-layang hingga sepanjang 800 meter. Membuat layang-layang berdiri pada posisi tegak lurus. Setelah benang ditarik dengan hitungan menit yang telah ditentukan. Serta ketepatan waktu menurunkan layang-layang dan kekompakan tim.
Festival Geulayang Tunang juga di perlombakan di ajang PKA VI Banda Aceh (september 2013) dan pemenangnya adalah sebagai berikut :
Juara 1 : Aceh Singkil
Juara 2 : Bireuen
Juara 3 : Sabang
Juara Harapan 1 : Aceh Selatan
Juara Harapan 2 : Sabang
Juara Harapan 3 : Aceh Selatan.
(TAYC)
Geulayang tunang dalam bahasa Indonesia permainan layang-layang. Di Aceh permainan ini dilakukan usai panen raya dan disaat musim angin timur. Tetapi sekarang ini kompetisi geulayang tunang digelar saat perayaan hari-hari besar.
Di Kota Banda Aceh kompetisi ini diperlombakan pada saat memperingati HUT Republik Indonesia atau HUT Kota Banda Aceh yang diperingati setiap setahun sekali. Atau pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) yang digelar setiap lima tahun sekali.
Di provinsi paling barat Indonesia, Aceh, permainan ini sudah ada pada masa Sultan Iskandar Muda. Permainan layang-layang ini dimainkan para petani setelah panen, disela-sela waktu luang mereka. Permainan yang dimainkan kaum pria dewasa ini dengan cara mengadunya atau sering disebut adu geulayang.
Permainan yang dimainkan secara tim dengan jumlah orang 4-5 laki-laki ini biasanya si pemenang akan dihadiahkan seekor kambing atau sapi sebagai hadiah. Hewan tersebut kemudian disembelih dan dimasak untuk dimakan bersama-sama, setelah pertandingan digelar.
Penilaian dalam Perlombaan
Tajuddin mengatakan, saemakin besar ukuran layang-layang semakin sulit membuat dan memainkannya. Sehingga diperlukan keahlian dan kekompakkan dari tim dalam memainkannya. Jika tidak layang-layang akan jatuh dan patah.
Dalam perlombaan geulayang tunang, biasanya memiliki syarat tertentu, misal peserta harus memiliki panjang tali 700-800 meter dengan ketebalan benang 30-40 centimeter. Geulayang tunang kemudian harus dimainkan secara berkelompok. Dalam satu grup dimainkan 4-5 orang tanpa batas usia.
Sementera itu, dalam sebuah kompetisi biasanya kata Tajuddin, para juri akan menilai keuletan tim menaikkan layang-layang, kemudian menggulung benang layang-layang hingga sepanjang 800 meter. Membuat layang-layang berdiri pada posisi tegak lurus. Setelah benang ditarik dengan hitungan menit yang telah ditentukan. Serta ketepatan waktu menurunkan layang-layang dan kekompakan tim.
Festival Geulayang Tunang juga di perlombakan di ajang PKA VI Banda Aceh (september 2013) dan pemenangnya adalah sebagai berikut :
Juara 1 : Aceh Singkil
Juara 2 : Bireuen
Juara 3 : Sabang
Juara Harapan 1 : Aceh Selatan
Juara Harapan 2 : Sabang
Juara Harapan 3 : Aceh Selatan.
(TAYC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ulon tuan preh kritik ngoen nasihat jih. Maklum ulon tuan teungoh meuruno.