Rabu, 17 Oktober 2018

Cara Membuat Pisang Sale Khas Aceh


Meninjau Rumah Produksi Jajanan Khas Aceh, Pisang Sale
Penulis: Yudi Randa


Atjeh Pusaka - Awalnya saya tak percaya bila di Banda Aceh, ada pabrik makanan yang sudah berumur cukup tua ini. sampai bang Hotli mengabarkan kalau ia ingin meliput kegiatan pembuatan pisang Sale tak jauh dari makam Syech Kuala. Rugi sekali rasanya bila momentum ini saya lewati begitu saja. Jadilah saya ikut bersamanya.

Jarum jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Tangan bang Ishak, bang Martunis dan kak Leha, sudah terampil memisahkan pisang Wak dari tandannya. Cukup cekatan. Dua pria muda ini, sudah melakukannya selama hampir setahun belakangan ini. Sedangkan kak Lela, sesekali menggebuk pisang yang sudah matang dengan rolling kue.

Bang Martunis, Bang Ishak, dan seorang warga sekitar tengah mengupas pisang

Satu persatu pisang Wak (musa acuminata) yang sudah matang pindah ke dalam ember hitam ukuran sedang. Saban kali wadah hitam bulat itu penuh, bang Ishak dengan cekatan mengangkutnya ke ruang pemanggangan.

“ini harus di sale (diasapi) sampai dua hari dua malam. Sampai benar-benar matang. Apinya juga harus diatur agak kecil. Jangan terlalu panas. Biar rasanya enak dan warnanya bagus, tidak terlalu hitam” ujar bang Ishak sembari membolak-balikkan pisang yang sudah diasapinya sejak kemarin siang.

Sesekali, Ia memeriksa api pembakaran. Sesekali, ia hanya berdiri dan memandangi satu persatu tungku pisang. Asap dari tungku mengisi hampir seluruh ruangan di pagi itu. Memandanginya, membuat saya terjebak dalam nostalgia rumah nenek kala menjelang Idul Fitri.


Pisang Sale, pada dasarnya adalah penganan khas Aceh pesisir timur. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan kota Banda Aceh hari ini, beberapa penganan khas Aceh mulai merambah pasar-pasar di kota Banda Aceh. Tak terkecuali Pisang Sale Red Golden. Pemiliknya, berasal dari kabupaten Pidie Jaya. Lalu, tatkala permintaan semakin besar dari kota Banda Aceh, ia pun memutuskan untuk memulai usahannya di kota paling utara Indonesia ini.

Penganan khas Aceh ini, memang sudah menjadi salah satu oleh-oleh khas dari Aceh. Biasanya, peminat paling ramai adalah turis yang berasal dari negeri jiran, malaysia. Rasanya yang manis dan legit, membuat siapapun yang menikmatinya tak ingin berhenti di satu bungkus saja.

menuangkan pisang ke tungku pemanggangan 

Jauh sebelum Aceh mulai menjadi salah satu destinasi wisata, Pisang Sale, memang sudah menjadi penganan wajib disajikan bila hari raya idul fitri tiba. Pisang yang diolah dengan cara tradisional dan tidak menggunakan pengawet ini, menurut penuturan beberapa orang dipercaya telah ada sejak era kerajaan Samudra Pasai.

Saya berdiri, mematung. Menikmati aroma pisang yang mulai matang. Satu persatu dikutip, lalu mulai dibungkus dengan ukuran rata-rata 200 gram perbungkusnya. 


“kalau pisangnya tidak habis, kami akan mengolahnya menjadi pisang sale goreng” ujar kak lela, yang sedari awal ketibaan saya sibuk memukul-mukul pisang sale sampai pipih dengan menggunakan rolling kue.

“Nanti dia di jemur lagi sampai benar-benar kering. Baru setelah itu dia akan digoreng dan siap kembali ke pasar”. Ungkap kak Lela sambil terus menerus menggebuk pisang Sale sisa dari pasar. Wajar produk pisang ini tak tahan lama lalu sering berlebih. Bukan karena tak laku, akan tetapi karena pengelohannya yang tidak menggunakan bahan pengawet. Sehingga hal tersebut membuatnya tak terlalu tahan lama.

Pabrik yang berada di kawasan Alue Naga, Banda Aceh ini, sudah berdiri lebih dari enam tahun. Dengan total sekitar enam orang pekerja yang sebagian besar adalah perempuan. Dalam seharinya, mereka memproduksi sampai 50 kg Pisang Sale. Pasar yang disasar masih seputaran Banda Aceh.



Namun, saya harus mengakui, jika kids zaman now mungkin tak terlalu kenal dengan penganan yang satu ini. Beberapa penganan luaran Aceh mulai merambahi pasar-pasar yang berada di kota yang luasnya hanya 62 km persegi. Sebut saja, bika Ambon, bolu Napoleon dan lain sebagainya.

Walaupun tampilannya tidak menarik, dibalik itu semua, Pisang Wak memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan tubuh. Apalagi bila ia sudah diasapi. Salah satunya adalah dapat mengurangi sakit Maag. Bukan, bukan karena pisang itu mengenyangkan. Akan tetapi senyawa organik dalam pisang merangsang aktivitas sel-sel di lapisan perut untuk membangun pelindung terhadap asam. Pisang juga mengandung inhibitor protease, yang menghilangkan bakteri berbahaya yang dikaitkan dengan perkembangan radang perut. (sumber wikipedia)

pisang Wak (musa acuminata)

Dan masih begitu banyak manfaat lainnya dari pisang tersebut. Tapi, zaman sudah canggih. Tak semuanya akan peduli akan hal tersebut. Terpaan kerasnya persaingan usaha, invasi produk-produk dari luar Aceh. Membuatnya harus bertahan dan terus bertahan. Saya, terkadang merasa miris dan bangga sekaligus. Miris karena Banda Aceh hari ini, sudah begitu banyak makanan “impor” yang perlahan mulai menggerus makanan-makanan nostlagia saya kala masih kanak-kanak. Bangga, karena melihat pisang Sale ini masih mampu bertahan.

Entah berapa lama, saya pun tak berani mengira-ngira. Satu hal yang pasti, saya senang bisa melihat langsung proses pembuatan penganan legendaris Aceh ini. Jadi, bila kamu ke Aceh suatu hari ini, jangan sampai lupa merasakan nikmatnya pisang Sale. Sampai ketemu di Aceh ya sobat...

Bang Ishak tengah mengecek pisang Sale yang hendak di angkat.

Siap dijual
Oleh-oleh Khas Tanah Rencong


Ayu (31), pemilik usaha pisang sale tradisi Aceh yang dirintis bersama suaminya Husni sejak tahun 2012.

Atjeh Pusaka - Berawal dari gemar makan pisang sale makanan tradisional khas Aceh, Ayu (31) warga kota Banda Aceh kini telah memiliki usaha pabrik pengolahan pisang sale dan toko penjualan makanan oleh-oleh tradisi Aceh, dengan omset penjualan pisang sale setiap hari rata-rata Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. 

“Alhamdulillah sekarang usaha pisang sale olahan kami di Banda Aceh sudah maju, hasil penjualannya setiap hari rata-rata Rp 3 hingga Rp 5 juta,” kata Ayu (31), pemilik usaha pisang sale Tradisi Aceh, kepada Kompas.com, Sabtu (10/3/2018). 

Ayu mengaku awalnya memiliki ide untuk membuat pabrik pengolahan pisang sale karena suka membeli dan makan kuliner tradisional khas Aceh berbahan baku pisang yang hanya dijual di jalan lintas Banda Aceh – Medan Pasar Lhok Sukon, Kabupaten Aceh Utara. 

“Karena pisang sale enak dan sehat makanya saya suka makan pisang sale. Dulu setiap saya lewat ke Lhok Sukon selalu beli, namun lama-lama saya terpikir untuk berusaha makanan tradisional khas Aceh yang manis dan legit itu,” katanya. Ayu merintis usaha pisang sale dengan modal sangat terbatas sejak Maret 2017. 

"Awal merintis usaha pisang sale ini kami tidak ada modal, modal nekat saja. Awalnya setelah saya buat sendiri pisang sale, saya pasarkan di terminal bus di Batoh Banda Aceh. Kami sewa bangunan di terminal Rp 7.000 satu hari,” katanya. Setelah beberapa bulan usahanya berjalan, Ayu bersama suaminya, Husni memutuskan untuk menyewa toko penjualan di kawasan Peunayong Banda Aceh dengan modal bantuan dari keluarga. Pisang sale basah dan goreng dalam kemasan yang dijual di Toko Tradisi Aceh, Kawasan Pasar Peunayong Banda Aceh,

“Beberapa bulan saya sempat jual sendiri pisang sale naik langsung ke dalam bus sebelum berangkat, kemudian karena tempat yang kami sewa sudah digunakan sehingga kami harus mencari sewa toko lain yang sampai saat ini alhamdulillah sudah majulah,” jelasnya. 


Pisang sale basah dan goreng dalam kemasan yang dijual di Toko Tradisi Aceh, Kawasan Pasar Peunayong Banda Aceh


Dari usaha pengolahan dan penjulan pisang sale tradisional Aceh itu kini Ayu telah memiliki 14 orang tenaga kerja, di antaranya delapan orang tenaga kerja di pabrik pengolahan yang berada di Alue Naga, Kecamatan Syiah Kula dan 6 orang melayani pembeli di toko penjualan yang berada di Peunayong Kota Banda Aceh. “Alhamdulillah sekarang sekarang kami sudah memiliki pabrik sendiri dan toko penjualan, dengan menampung 14 orang tenaga kerja,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pisang Sale, Oleh-oleh Khas Tanah Rencong",
Penulis : Kontributor Kompas TV Aceh, Raja Umar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ulon tuan preh kritik ngoen nasihat jih. Maklum ulon tuan teungoh meuruno.

Seulamat Uroe Raya

Admin Blog Atjeh Pusaka mengucapkan Seulamat Uroe Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H... Neu peu meu'ah lahee ngon batein...