Sabtu, 13 Oktober 2018

DIDONG - KESENIAN TRADISIONAL ACEH

Didong Kesenian Tradisional Suku Gayo di Dataran Tinggi Aceh


Didong Jalu

Didong Alo

Atjeh Pusaka - Masyarakat Gayo di Aceh Tengah hidup di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Mereka tetap melestarikan seni budaya bangsa yang salah satunya adalah Didong. Didong adalah kesenian tradisional yang sangat populer dan diminati oleh masyarakat Gayo. Para senimannya dipanggil dengan sebutan ceh-ceh Didong. Ada beberapa nama pemain didong yang terkenal, di antaranya:
Ceh Lakiki, Ceh Toëet, Ceh Daman, Ceh Ibrahim Kadir, Ceh Ujang Lakiki, Ceh Ucak, Ceh Tujuh, Ceh Idris Sidang Temas, dan Ceh Abd Rauf.

Didong merupakan seni pertunjukkan yang dilakukan oleh para lelaki secara berkelompok (biasanya berjumlah 15 orang), dengan ekspresi yang bebas, sambil duduk bersila atau berdiri sambil mengentak-entakkan kakinya. Mereka melantunkan syair-syair berbahasa Gayo dengan suara merdu, sambil manabuh gendang, bantal atau panci dan bertepuk tangan secara bervariasi, sehingga memunculkan suara dan gerak yang indah dan menarik.


Seni pertunjukkan tradisional yang menjadi kebanggaan masyarakat Gayo ini mampu bertahan hingga sekarang di tengah perkembangan teknologi dan pengaruh westernisasi. Masyarakat tidak bosan-bosannya menyaksikan ceh-ceh didong berdidong di hampir setiap malam minggu. Pertunjukannya pun dilakukan hingga semalam suntuk (dari isya hingga subuh).

Syair-syair yang dilantunkan dengan kekuatan perpaduan konfigurasi seni gerak, sastra dan suara bagaikan ìmenyihirî para penonton untuk ìhanyutî dan terus mendengar refleksi sosial dan religius dari ceh-ceh didong tentang berbagai persoalan sosial yang ada di masyarakat, beserta hubungan manusia dengan alam, agar hidup ini dapat disikapi secara bijaksana.

Regenerasi seniman Didong berjalan baik, karena hampir di setiap generasi muncul seniman-seniman berbakat dan fenomenal. Mereka umumnya bersekolah di sekolah ìrimbaî. Pengetahuan yang mereka peroleh adalah pengetahuan tentang kosmologi alam, sebagai bentuk kesadaran mikrokosmos dalam struktur realitas, dan pengetahuan akan pengetahuan dan kearifal lokal serta kebijaksanaan. Pesan-pesan yang mereka sampaikan dalam berkesenian adalah pesan-pesan humanis dan hati nurani rakyat. Tidak berlebihan apabila Sutradara Garin Nugroho, menyebutkan bahwa Aceh adalah gudang seniman handal.

Bentuk Penyajian, didong alo, Pesta Perkawinan dan Khitanan Sebagian besar masyarakat, terutama generasi muda belum memahami seluk beluk didong alo tersebut dan cara menampilkannya, mereka hanya bisa menyaksikan penampilannya saja. Di samping itu pula, didong alo ini tidak begitu dikenal atau kurang populer di wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah, hanya di Gayo Lues yang dikenal, salah satu faktornya adalah mereka kurang memahami fungsi dari didong alo dan bentuk penyajiannya. 


Penyajian didong alo pada upacara penyambutan tamu dalam pesta perkawinan dan khitanan di kecamatan Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues. Bentuk penyajian kesenian adalah segala unsur-unsur pelengkap dan pendukung dalam penyajian suatu karya seni. Fungsi didong bagi masyarakat Gayo terus berubah dalam ragam dan luasnya, mengikuti irama perkembangan pandangan masyarakatnya, oleh perubahan teknologi dan pengetahuan yang berkembang. Fungsi-fungsi itu adalah misalnya:

a). Fungsi hiburan, 
b). Fungsi pemenuhan kebutuhan akan keindahan dan estetik, 
c). Pelestari budaya, 
d). Pencari dana sosial (khusus didong tepok Aceh Tengah dan Bener Meriah), e). Sarana penerangan, 
f). Kritik dan kontrol sosial, dan sarana mempertahankan struktur sosial. 

Bentuk penyajian didong alo pada pesta khitanan dan pernikahan sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan, hanya saja pada syair yang dilantunkan berbeda sedikit pada bagian akhirnya karena disesuaikan dengan bentuk pesta yang diadakan. Pemain Didong alo berjumlah bebas, tidak memiliki batas baik itu berjumlah genap maupun ganjil akan tetapi tetap harus memiliki ceh (pengangkat). 

Syair yang digunakan dalam didong ini juga berbeda dengan didong lainya seperti mana didalam didong ini memiliki syair yang berisikan kata-kata ucapan terima kasih atas kehadiran tamu undangan yang dibungkus rapi dengan menggunakan kata-kata istilah, bukan seperti didong lainnya yang menggunakan syair sebagai senjata guna untuk mengalahkan lawan mainnya dihadapan penonton. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ulon tuan preh kritik ngoen nasihat jih. Maklum ulon tuan teungoh meuruno.

Seulamat Uroe Raya

Admin Blog Atjeh Pusaka mengucapkan Seulamat Uroe Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 H... Neu peu meu'ah lahee ngon batein...