Atjeh Pusaka - “Profesionalisme TNI untuk Rakyat” merupakan tema HUT ke-73 TNI Tahun 2018, tagline tersebut menegaskan bahwa TNI tidak bisa dipisahkan dari rakyat, 73 tahun TNI bersama rakyat Indonesia berjuang bersama manunggal menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Sejarah panjang turut menghiasi perjalanan bangsa Indonesia melalui pasang surut yang luar biasa beragam hingga akhirnya meraih kemerdekaan dan mengisi pembangunan. Rakyat adalah ibu kandung TNI, maka TNI harus berjuang bersama-sama dengan rakyat dan untuk rakyat. Demi menjaga kedaulatan NKRI dari berbagai ancaman dan gangguan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tema “Profesionlisme TNI untuk rakyat” mengingatkan pada pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dulu pernah mengingatkan bahwa prajurit TNI adalah bagian dari masyarakat:
“Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu”
Sehubungan kedekatan TNI dengan rakyat, ada riset menarik yang akhir tahun lalu diluncurkan oleh lembaga riset terkenal di Amerika Serikat, Pew Research Center terkait dengan posisi militer dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dalam riset bertajuk ”Public Attitudes Toward Human Rights Organizations: The Case of India, Indonesia, Kenya, and Mexico”.
Makna profesional bagi prajurit TNI adalah kedisiplinan, kerja keras, rantai komando yang kuat dan kepatuhan terhadap atasan, Negara membutuhkan prajurit TNI yang profesional agar mampu mewujudkan cita-cita bangsa, menangkal ancaman serta menjaga keamanan dari negara lain atau kelompok separatis. Secara umum, profesional merupakan diksi yang bertalian dengan keahlian di bidang tertentu. Seseorang dikatakan profesional jika kemampuannya tidak dimiliki oleh orang lain, Begitu pula dengan prajurit TNI, dia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan. Selain itu kemampuan, profesionalisme adalah tuntutan terhadap individu tentara yang harus berjalan sesuai mekanisme, prosedural, protokoler dan harus fokus pada tugas ataupun wewenang yang diembannya.
Tema “Profesionlisme TNI untuk rakyat” mengingatkan pada pesan Panglima Besar Jenderal Soedirman yang dulu pernah mengingatkan bahwa prajurit TNI adalah bagian dari masyarakat:
“Tentara bukan merupakan suatu golongan di luar masyarakat, bukan suatu kasta yang berdiri di atas masyarakat. Tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu”
Sehubungan kedekatan TNI dengan rakyat, ada riset menarik yang akhir tahun lalu diluncurkan oleh lembaga riset terkenal di Amerika Serikat, Pew Research Center terkait dengan posisi militer dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dalam riset bertajuk ”Public Attitudes Toward Human Rights Organizations: The Case of India, Indonesia, Kenya, and Mexico”.
Lembaga tersebut merilis hasil bahwa berdasarkan pandangan masyarakat terkait institusi-institusi yang memberikan pengaruh (influence) positif, Ulama dan TNI sebagai dua institusi yang paling dipercaya oleh orang Indonesia.
Urutannya adalah pemimpin agama 93%, militer 90%, pemerintah pusat 84%, organisasi pembela hak asasi manusia (HAM) 82%, media massa 81%, korporasi 72%, polisi 63%, dan terakhir lembaga peradilan 58%. Secara global, kepercayaan masyarakat terhadap militer memang tergolong tinggi yaitu 77-90 persen
Rakyat saat ini sudah kembali memiliki kepercayaan dan atensi yang positif serta apresiasi yang besar terhadap TNI dan hal itu tentunya harus dijaga dengan baik. Di sisi lain saat ini rakyat juga mulai membutuhkan bantuan TNI, dan ini yang perlu mendapat perhatian dari para pimpinan TNI. Ketika TNI mendedikasikan dirinya secara profesional untuk rakyat, saat itulah TNI benar-benar telah mengimplementasikan apa yang disebut manunggal dengan rakyat. Demikian pula di era globalisasi ini, profesionalisme TNI dalam membantu memecahkan persoalan bangsa dan tantangan bangsa menjadi hal penting yang perlu diperhatikan.
Rakyat saat ini sudah kembali memiliki kepercayaan dan atensi yang positif serta apresiasi yang besar terhadap TNI dan hal itu tentunya harus dijaga dengan baik. Di sisi lain saat ini rakyat juga mulai membutuhkan bantuan TNI, dan ini yang perlu mendapat perhatian dari para pimpinan TNI. Ketika TNI mendedikasikan dirinya secara profesional untuk rakyat, saat itulah TNI benar-benar telah mengimplementasikan apa yang disebut manunggal dengan rakyat. Demikian pula di era globalisasi ini, profesionalisme TNI dalam membantu memecahkan persoalan bangsa dan tantangan bangsa menjadi hal penting yang perlu diperhatikan.
Makna profesional bagi prajurit TNI adalah kedisiplinan, kerja keras, rantai komando yang kuat dan kepatuhan terhadap atasan, Negara membutuhkan prajurit TNI yang profesional agar mampu mewujudkan cita-cita bangsa, menangkal ancaman serta menjaga keamanan dari negara lain atau kelompok separatis. Secara umum, profesional merupakan diksi yang bertalian dengan keahlian di bidang tertentu. Seseorang dikatakan profesional jika kemampuannya tidak dimiliki oleh orang lain, Begitu pula dengan prajurit TNI, dia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan. Selain itu kemampuan, profesionalisme adalah tuntutan terhadap individu tentara yang harus berjalan sesuai mekanisme, prosedural, protokoler dan harus fokus pada tugas ataupun wewenang yang diembannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ulon tuan preh kritik ngoen nasihat jih. Maklum ulon tuan teungoh meuruno.