Atjeh Pusaka - Jakarta, CNN Indonesia -- Eksperimen pengobatan berbasis ganja telah berhasil digunakan dalam perawatan anak-anak penderita epilepsi dengan tahap parah dan langka. Percobaan klinis itu merupakan tahap pertama dari empat tingkatan tes pengobatan menggunakan ganja yang sudah dimulai sejak tahun lalu.
Produsen obat GW Pharmaceutical berharap dapat membuktikan manfaat dari cannabinoid, kandungan aktif yang berada di dalam ganja. Dalam keterangannya, perusahaan farmasi itu mengklaim bahwa ada 120 pasien epilepsi yang diuji mengkonsumsi obat Epidiolex.
Dari uji coba tersebut ditemukan bahwa pasien mengalami rata-rata penurunan intensitas kejang hingga 39 persen dalam satu bulan. Hal itu jauh lebih besar daripada penggunaan obat placebo.
Uji coba ini ditujukan untuk menangani penderita sindrom Dravet, kondisi yang terbilang lebih sulit untuk ditangani dibandingkan penderita epilepsi. Dravet sendiri biasanya ditunjukan dengan masalah prilaku, gangguan kognitif, ataxia (keadaan tidak tenang) sekaligus kejang berkepanjangan.
"Ini menunjukkan bahwa cannabinoid dapat menghasilkan dan secara klinis dapat memberikan informasi sekaligus menawarkan kelas pengobatan baru yang menjanjikan. Semoga dapat juga menyembuhkan beragam penyakit," kata Julian Gover, Chief Executive GW Pharmaceutical, seperti dikutip dari Independent.
Gover mengatakan, saat ini pihaknya sedang menunggu pertemuan dengan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan Amerika, untuk mendapat persetujuan melakukan perawatan para penderita epilepsi dengan obat berbasis ganja ini.
Direktur Eksekutif Yayasan Sindrom Dravet, Marry Anne Meskis, mengatakan bahwa sindrom Dravet adalah salah satu bencana yang dapat dipicu oleh epilepsi pada anak. Untuk menanganinya, perlu perawatan yang aman dan efektif.
"Kami sangat senang dapat mengambil banyak pelajaran dari hasil ini dan membawa harapan kepada anak-anak dan juga keluarga, yang selama ini menjalani hidup dengan masalah penyakit kejang-kejang," katanya.
GW Pharmaceutical berdiri sejak 1998 dan berkonsentrasi dengan pengembangan pengobatan terapetik menggunakan ganja. Perusahaan farmasi yang berbasis di London ini telah memiliki izin resmi menanam ganja untuk digunakan sebagai obat di wilayah Inggris selatan. (Sumber:Megiza, CNN Indonesia | Selasa, 15/03/2016)
Produsen obat GW Pharmaceutical berharap dapat membuktikan manfaat dari cannabinoid, kandungan aktif yang berada di dalam ganja. Dalam keterangannya, perusahaan farmasi itu mengklaim bahwa ada 120 pasien epilepsi yang diuji mengkonsumsi obat Epidiolex.
Dari uji coba tersebut ditemukan bahwa pasien mengalami rata-rata penurunan intensitas kejang hingga 39 persen dalam satu bulan. Hal itu jauh lebih besar daripada penggunaan obat placebo.
Uji coba ini ditujukan untuk menangani penderita sindrom Dravet, kondisi yang terbilang lebih sulit untuk ditangani dibandingkan penderita epilepsi. Dravet sendiri biasanya ditunjukan dengan masalah prilaku, gangguan kognitif, ataxia (keadaan tidak tenang) sekaligus kejang berkepanjangan.
"Ini menunjukkan bahwa cannabinoid dapat menghasilkan dan secara klinis dapat memberikan informasi sekaligus menawarkan kelas pengobatan baru yang menjanjikan. Semoga dapat juga menyembuhkan beragam penyakit," kata Julian Gover, Chief Executive GW Pharmaceutical, seperti dikutip dari Independent.
Gover mengatakan, saat ini pihaknya sedang menunggu pertemuan dengan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan Amerika, untuk mendapat persetujuan melakukan perawatan para penderita epilepsi dengan obat berbasis ganja ini.
Direktur Eksekutif Yayasan Sindrom Dravet, Marry Anne Meskis, mengatakan bahwa sindrom Dravet adalah salah satu bencana yang dapat dipicu oleh epilepsi pada anak. Untuk menanganinya, perlu perawatan yang aman dan efektif.
"Kami sangat senang dapat mengambil banyak pelajaran dari hasil ini dan membawa harapan kepada anak-anak dan juga keluarga, yang selama ini menjalani hidup dengan masalah penyakit kejang-kejang," katanya.
GW Pharmaceutical berdiri sejak 1998 dan berkonsentrasi dengan pengembangan pengobatan terapetik menggunakan ganja. Perusahaan farmasi yang berbasis di London ini telah memiliki izin resmi menanam ganja untuk digunakan sebagai obat di wilayah Inggris selatan. (Sumber:Megiza, CNN Indonesia | Selasa, 15/03/2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ulon tuan preh kritik ngoen nasihat jih. Maklum ulon tuan teungoh meuruno.